MENOLAK TERGUSUR DAN REFORMASI 1998

MENOLAK TERGUSUR

Masalah penggusuran pertama adalah Pandang Raya. Dimana akhir-akhir ini masyarakat Makassar dihebohkan dengan kasus tersebut.  Pandang Raya adalah kawasan pemukiman kecil di tengah-tengah kota Makassar yang luasnya hanya 4000 meter persegi yang hanya dihuni sekitar 40 keluarga. Kasus ini bermula ketika seorang pemodal atas nama Goman Wisan tiba-tiba menggugat warga dan mengklaim kepemilikan atas tanah tersebut. Proses hukum yang tidak berimbang menyebabkan warga Pandang Raya diharuskan menerima hasil hukum yang prosesnya tak pernah mereka ketahui. Namun, ada beberapa alasan yang janggal terhadap proses penggusuran ini yaitu, lokasi yang di klaim berbeda dengan lokasi yang di huni oleh warga yang menjadi objek eksekusi dimana lokasi yang dimaksudkan berdasarkan persil dan kohir Goman berada diantara Jln. Adiyaksa dan Jln. Mirah Seruni sehingga berdasarkan fakta tersebut warga pandang raya serta mahasiswa menolak habis-habisan atas penggusuran tersebut. Melawan penggusuran bukan hanya soal berebut tanah apalagi tawar menawar harga, tapi ini tentang bagaimana hak-hak warga miskin kota dipertahankan dan keadilan ditegakkan.

Masalah penggusuran kedua adalah Tanjung Buloa. Buloa merupakan salah satu kelurahan dalam kecamatan Tallo. Letak Buloa tepat berada di pesisir laut Tallo. Penggusuran ini terjadi karena muncul orang asing yang mengklaim tanah mereka dengan adanya sertifikat, karena memang pada awalnya para warga tanjung buloa membangun rumah panggung di atas laut dan mereka sudah lama ingin membuat sertifikat untuk tanahnya tetapi pemerintah setempat tidak memberikan izin karena alasan rumah mereka berada di kawasaan laut bukan di daratan, maka dari itu mereka tidak terima dengan ide penggusuran yang sama sekali tidak mementingkan hak mereka dan rata-rata warga tanjung buloa bermata pencaharian sebagai nelayan, apabila mereka dipindahkan ke tempat yang bukan dimana nelayan bisa mencari nafkah, misalnya di tengah kota tentu saja mereka akan kehilangan pekerjaan nelayan mereka sehingga kehidupan mereka menjadi tambah sulit.


REFORMASI 1998

Gerakan mahasiswa tahun 1998 diawali dengan demonstrasi besar-besaran mahasiswa di berbagai daerah hampir di seluruh negeri. Mereka mendesak Soeharto agar turun dari jabatannya sebagai Presiden RI, karena pada masa itu kondisi bangsa dan negara semakin tidak membaik. Akibat adanya desakan dari para mahasiswa dan masyarakat, serta mempertimbangkan kepentingan bangsa dan negara, pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 19.06 WIB Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dari posisi presiden Republik Indonesia. Bertempat di Credential Room, Istana Negara Jakarta dengan disaksikan oleh Mahkamah Agung.  Namun tidak hanya sampai disitu, para mahasiswa terus lanjut berdemo setelah mengetahui bahwa yang akan menggantikan Soeharto adalah BJ Habibie. Menurut mereka, Habibie tidak beda dengan Soeharto, Ia juga banyak terlibat KKN. Dengan banyaknya  aksi demonstrasi, membuat aparat keamanan kewalahan dan bertindak keras terhadap aksi tersebut. Akibatnya bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan tidak dapat dicegah. Reformasi 1998 banyak meninggalkan sejarah, diantaranya Tragedi Trisakti dan Tragedi Semanggi. Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada tanggal 12 Mei 1998 terhadap mahasiswa yang pada saat demonstrasi menuntut Soeharto untuk turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti serta puluhan lainnya luka-luka. Sedangkan Tragedi Semanggi menunjuk kepada dua kejadian protes masyarakat terhadap pelaksanaan dan agenda Sidang Istimewa yang mengakibatkan tewasnya warga sipil. Kejadian pertama dikenal dengan Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998, masa pemerintah transisi Indonesia, yang menyebabkan tewasnya warga sipil. Kejadian kedua dikenal dengan Tragedi Semanggi II terjadi pada 24 September 1999 yang menyebabkan tewasnya seorang mahasiswa dan sebelas orang lainnya di seluruh Jakarta serta menyebabkan banyak korban luka. Buah perjuangan reformasi itu tidak dapat dipetik dalam waktu yang singkat, namun membutuhkan proses dan waktu.